Syarat Seorang Akhwat dan Pernikahan Karena Allah

Katanya ada kisah seperti ini, ada seorang akhwat dan seorang ikhwan yang masih lajang, mereka berdua saling mencintai. Mereka saling jatuh hati, hanya saja, mereka berdua tidak saling mengetahui bahwa mereka sebenarnya saling mencintai.

Hubungan mereka berdua, dilihat dari sisi luarnya seperti tidak ada apa-apa. Mereka berada dalam sebuah organisasi lembaga dakwah kampus yang sama, dan mereka profesional dalam menjalankan amanah mereka berdua di sana. Mereka berdua tahu caranya bersikap kepada satu sama lainnya secara syar’i, tanpa menampik bahwa sebenarnya mereka saling mencintai. Karena sikap mereka berdua yang profesional inilah mereka tidak tahu satu sama lainnya bahwa mereka sebenarnya saling mencintai.

Setelah kedua ikhwan-akhwat tersebut lulus dan sama-sama bekerja, sang ikhwan memutuskan untuk melamar sang akhwat. Sang akhwat kemudian mengajukan sebuah syarat, ini karena berdasarkan pengetahuan sang akhwat, mengajukan syarat itu adalah normal berdasarkan buku-buku yang ia baca. Syarat yang diajukan akhwat itu sebenarnya biar terlihat romantis saja gitu, tapi ternyata sang ikhwan berpendapat lain.

Sang ikhwan sangat sedih, lalu mundur teratur, menyampaikan bahwa sang ikhwan akan mencari akhwat lain yang siap menerimanya langsung tanpa syarat. Sang akhwat sadar betapa ia sangat mencintai sang ikhwan, ia hanya menciptakan syarat itu agar terlihat keren seperti yang ada di buku-buku yang ia baca, tapi kemudian setelah sang ikhwan mundur karena syarat tersebut, sayangnya sang akhwat tidak mau menarik syaratnya, karena merasa takut harga dirinya akan direndahkan, gengsi.

Beberapa waktu setelah itu, sang akhwat mendengar sang ikhwan menikah dengan akhwat lain. Sang akhwat mencoba mengekspresikan apa yang dirasakannya di berbagai media sosial melalui tulisan-tulisan, berusaha menjelaskan pada semua ikhwan secara tidak langsung, terutama kepada sang ikhwan yang pernah dicintainya itu bahwa “syarat yang diajukan akhwat adalah bukan sebuah penolakan halus, tetapi lebih ke arah romantisme saja”.

Sang ikhwan akhirnya membaca tulisan itu, ada sedikit kegemasan dalam hatinya. Iya, kegemasan, tapi bukan penyesalan. Kemudian sang ikhwan membuat tandingan sebuah tulisan yang secara tidak langsung memberitahukan kepada sang akhwat bahwa sebenarnya alasan sang ikhwan mundur teratur bukanlah karena merasa ditolak secara halus, akan tetapi karena sang ikhwan ingin menikahi seorang akhwat yang bersedia menikah karena Allah SWT, bukan karena syarat yang diajukan bisa dipenuhi. Akhirnya keduanya saling mengerti dengan keadaan yang sebenarnya terjadi melalui cara yang menarik ini.

Jadi bagaimana ini? Apa hikmahnya?
Monggo, silahkan diambil sendiri hikmahnya seperti apa..

Semoga hidup anda selalu bahagia dan diberkahi Allah SWT…
Aamiin

6 thoughts on “Syarat Seorang Akhwat dan Pernikahan Karena Allah”

  1. Jadi intinya bukan jodohnya saja. hihiiiii
    Dan pendapat masing2 baik dari pihak ikhwan maupun akhwat itu adalah alasan yang bisa dilogika manusia bahwasanya memang tak berjodoh. itu saja :mrgreen:

    Kata anisa mata, cinta yang belum sah tidak perlu dipikirkan.. itu kata anis matta 😀

Leave a comment